Rintik-rintik
hujan turun membasahi halaman SMP Tunas Bangsa, sekolah menengah pertama
terfavorit di kota itu. Siswa-siswanya pun pilihan dan berkualitas tinggi.
Mayoritas siswa-siswanya adalah golongan menengah-keatas atau hidup
berkecukupan. Tetapi tidak untuk Tasya, dia salah salah satu siswi sekolah
tersebut yang berbeda dari yang lainnya. Dia bisa sekolah disana karena
beasiswa, karena dia merupakan siswi yang berprestasi, tetapi pendiam. Ayah
Tasya telah tiada, dia hanya tinggal bersama ibunya. Dia mempunyai dua orang
sahabat yang bernama Iza dan Putri. Mereka bertiga selalu bersama dalam suka
maupun duka.
Kurang lebih
setengah jam, hujan belum juga reda. Tasya dan teman-temannya masih menunggu di
kanopi sekolah untuk pulang.
“Sya, pulang
yuk!” ajak Iza
“Kan masih
hujan?” kata Tasya
“Iya, nih. Kan
masih hujan. Nanti kalau kita sakit gimana hayoo? Terus nggak bisa berangkat
sekolah gimana?.” Kata Putri, sahabat Tasya yang paling cerewet.
“Iih, Putri. Ini
kan cuma gerimis. Kan enak kalau hujan-hujan.” Kata Iza
“Bener juga ya.
Ayo deh. Asyik nih pasti.” Kata Putri
“Iya,
ayo..ayo..!!” kata Tasya dengan semangat
Mereka bertiga
berlari keluar sekolah sambil berhujan-hujanan. Mereka sangat menikmati
perjalanan pulang sambil bermain hujan. Di tengah perjalanan hujan mulai reda. Dan
pelangi pun muncul.
“Yeah, hujan
sudah reda. Nggak asik nih.” Kata Putri cemberut
“Temen-temen,
lihat deh! Ada pelangi tuh. Bagus banget ya.” Kata Tasya
“Wah, iya Sya.
Bagus banget.” Kata Iza
“OMG, cungguh itu bagus beud.” Kata Putri kagum
“Iih, Putri.
Lebay deh. Hehe ” Kata Tasya sambil cengingisan “Pelangi itu melambangkan
persahabatan.”
“Kok bisa,
Sya??” tanya Iza heran
“Karena
persahabatan itu bagaikan pelangi. Jika satu warna pelangi itu hilang, maka
warna yang lain takkan lagi indah. Begitu pula dengan persahabatan.” Kata Tasya
menjelaskan “Kalian paham kan?”
“Yes. Betul
banget. Jika satu sahabat itu pergi, maka sahabat yang lain akan merasa sedih
dan tak ada artinya.” Kata Putri menambahkan “Betul kan temen-temen?”
“Betul banget.”
Jawab Iza
******
Siang yang
panas. Terik matahari sangat menyengat, seiring dengan ramainya murid-murid
yang sedang pulang sekolah. Tampak dua orang sahabat sedang berbincang-bincang.
Ya.. mereka ialah Putri dan Iza. Mereka berniat untuk ke rumah Tasya. Karena
Tasya tidak berangkat sekolah hari ini dan tidak ada keterangan. Di perjalanan,
Putri dan Iza bertemu dengan Tasya yang sedang berjualan kue. Mereka lalu
berteriak memanggil Tasya. Tetapi Tasya malah berlari menjauhi mereka. Putri
dan Iza terlihat kebingungan. Dan mereka segera berlari mengejar Tasya. Sampai
akhirnya Tasya berhenti juga.
“Kamu kenapa
sih, Sya? Kok lari waktu lihat kita?” tanya Putri
“Kamu tadi
nggak berangkat sekolah kenapa, Sya?” tanya Iza
“Hmm.. aku jualin
kue Ibu.” Jawab Tasya
“Emangnya Ibumu
kemana, Sya? Kok kamu yang jualan.” Tanya Putri
“emm...” jawab
Tasya terlihat bingung
“Kenapa, Sya?”
tanya Iza
“emm..
Ibuku sedang dirawat di rumah sakit, dan
aku nggak punya uang untuk bayar biaya rumah sakit.” Kata Tasya sambil
menundukkan kepala
“Ya ampun,
Tasya. Kenapa kamu nggak bilang sama kita?” kata Iza “Siapa tau kita bisa
bantu.”
“A...aku nggak mau ngerepotin
kalian dan aku nggak mau kalian merasa terbebani.” Kata Tasya
“Tasya, kita kan sahabatan sejak
lama. Jadi, kalau ada masalah bicara sama kita. Siapa tau kita bisa bantu. Kita
nggak akan pernah merasa direpotin kok sama kamu.” Kata Putri “Iya kan Za?”
“Iya, betul banget.” Jawab Iza
“Sekarang gini aja deh, kita bantuin kamu jualan, Ok?”
“Tap..tapi...” kata Tasya
terbata-bata
“Udah, nggak usah pake
tapi-tapian. Ayo berangkat!” kata Putri
Mereka bertiga berkeliling
untuk menjajakan dagangannya. Tetapi di tengah perjalanan, hujan deras
mengguyur mereka. Tetapi mereka tetap tidak putus asa. Demi mendapatkan uang
untuk membayar biaya rumah sakit ibu Tasya, mereka rela berhujan-hujanan.
Mereka menjajakan dagangan mereka ke rumah-rumah penduduk. Alhasil, dagangannya
pun habis terjual. Ini berkat kekompakan mereka.
Lalu, mereka
menghitung pendapatan mereka. Ternyata, uangnya cukup untuk membiayai
pengobatan ibu Tasya. Tasya sangat berterimakasih kepada kedua sahabatnya.
Mungkin, jika tidak dibantu kedua sahabatnya itu, dagangan Tasya tidak akan
terjual habis. Mereka sangat gembira dan berpelukan.
“Eh,
temen-temen. Lihat deh! Ada pelangi.” Kata Tasya mengejutkan
“Iya. Kalian
ingat nggak kalau pelangi itu lambang persahabatan?” tanya Iza
“Ingat dong.”
Jawab Putri
“Karena
persahabatan itu bagaikan pelangi. Jika satu warna pelangi itu hilang, maka
warna yang lain takkan lagi indah.” Kata mereka bertiga serempak “hahaha..!!”
Mereka bertiga
tertawa dan kembali berpelukan.
******